Pulau Laskar Pelangi

Tanjug Tinggi

 24 Februari 2012 08:15

 Roda pesawat menapak di Bandar Udara H.A.S. Hanandjoeddin Tanjung Pandan-Belitong. Pendaratan yang tidak terlalu mulus dikarenakan landasan yang kurang baik dan bergelombang. Ini adalah kunjunganku yang pertama ke Pulau Belitong. Kami bertujuh belas yang tergabung dalam IPFF (Indonesian Photographer For Friendship) mengadakan hunting trip ke Belitong. Dari Bandara kami menuju kantor Pemda Belitong Barat untuk menemui Bupati dan Kepala Dinas Pariwisata.Di kantor Pemda ini kami di sambut oleh Bapak Sekda
dan staff, Kepala Dinas Pariwisata dan Staff. Kami mendengarkan betapa antusiasnya pemerintah daerah dalam hal mengembangkan pariwisata. Belitong mulai ramai dikunjungi semenjak beredar film "Laskar Pelangi" yang mengambil setting di lokasi Pulau Belitong ini. Sehingga sebenarnya dinas pariwisata belum siap menerima lonjakan pengunjung. Beberapa upaya dilakukan untuk menjaga eksistensi pariwisata di daerahini yang antara lainnya membuka lokasi-lokasi baru untuk tempat tujuan wisata, dan untuk menjaga kebersihan pantai, dari dinas pariwisata melakukan aksi bersih dua kali dalam seminggu. Sampah-sampah ini berasal dari sungai-sungai yang ada di pulau Belitong yang berasal dari masyarakat sekitar. Sebenarnya aksi bersih ini tidak menyelesaikan masalah menurutku, tetapi kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah di sungai yang lebih diutamakan dan dari pemerintah daerah harus sejak dini memikirkan sistem pengelolahan sampah-sampah ini. Di Temu bincang ini aku mengetahui bahwa sumber pendapatan masyarakat setempat selain dai pertambangan adalah dari hasil laut dan hasil kebun seperti lada putih. Lada putih dari Belitong ini cukup terkenal katanya, dan aku sendiri baru mengetahuinya. Selain terkenal dengan pantainya yang indah dengan batu-batuan granitnya yang besar-besar, belitong juga terkenal dengan batu meteorit yang berwana hitam. Untuk memotong batu meteor ini harus menggunakan getah pohon sirih terlebih dahulu di area yang akan di potong, bila tidak dengan getah sirih tidak akan bisa terpotong atau hancur ya? hmm informasinya saya kurang lengkap dalam hal ini he he he...
Setelah pertemuan singkat ini kami dibawa ke rumah adat yang sengaja dibangun dekat dengan kantor
 Bupati dan di tengah kota. Selain ke rumah adat kita sempat juga mampir ke museum. Di museum ini terdapat beberapa harta karun yang berupa keramik-keramik dari China, senjata-senjata jaman dulu, maket pertambangan dan lain-lain. Tidak berlama-lama kami disini lalu melanjutkan ke Pantai Tanjung Pendam dan memberi waktu buat teman-teman menuaikan ibadah Sholat Jumat.
Perjalanan dilanjutkan kembali ke pantai berikutnya, yaitu Pantai Bukit Berahu, tapi di pantai ini aku sangat susah menemukan foreground untuk mempercantik fotoku dan matahari masih terlalu tinggi, udara sangat panas sehingga mneyurutkanku untuk mengekplorasi pantai ini. Setelah dari pantai ini kami menuju Pantai tempat syuting film "Laskar Pelangi" yaitu Pantai Tanjung Tinggi, disini sebenarnya matahari masih cukup tinggi tapi karena batauannya membentuk landscape yang indah maka kuupayakan mengambil foto disini. Meskipun rada ribet oleh banyaknya pengunjung dari rombongan lain dan juga rombongan kita sendiri qiqiqiqi. Tapi tetep semangat jepret terusss :). Sempat terkagum-kagum dengan batu-batu granit yang besarnya sebesar gaban gini. Ditengah-tengan antara bebatuan ada genangan air yang berwarna hijau, cakep sekali. Sayang kami tidak berlama-lama disini, kami harus meluncur lagi ke tempat kami menginap yaitu di Pantai Tanjung Kelayang.

Sunset di Tanjung Kelayang
Sampai di Pantai Tanjung Kelayang kami langsung mencari spot untuk mengambil foto sunset, Tidak memiliki waktu yang banyak untuk mencari spot aku langsung menuju di sebuah batu besar yang kupikir akan menarik view dari atas batu itu. Tapi setelah bersusah payah menaiki batu ini ternyata aku salah perkiraan, dan lebih menarik dari bawah batu besar ini, tapi untuk kembali ke bawah takut sunset tidak terkejar, ya sudahlah ambil beberapa jepretan dari spot ini dan berharap yang terbaiki. Lucunya bukan aku sendiri yang naik di batu ini, ada beberapa teman yang ikut juga ke spot ini he he he he he, tertipu ni yeee :p. Setelah beberapa jepretan aku langsung turun ke bawah untuk mengambil dari bawah tapi sunset sudah mulai habis, namanya juga usaha, aku terus berusaha mengabadikan momen yang ada. Tidak puas aku di spot ini aku pindah lagi ke spot lainnya, hari sudah mulai gelap. Beberapa teman ada yang menungguin tapi lalu aku bilang ditinggal aja kalo sudah tidak mau moto lagi, kasihan juga nungguin aku yang tentu masih memerlukan waktu yang agak lama. Matahari sudah terbenam seluruhnya tapi masih membias warna-warna cantik di langit. Kebetulan bulan hanya sabit jadi di balik arah aku pulang benar-benar sudah gelap dan lebih mempertegang suasana aku kelupaan bawa senter :D. Karena sudah gelap aku bermain long ekposure sekitar 3 menit, lalu karena belum puas dan semakin gelap ekposure kulamain lagi sekitar 7 menit, tapi menunggu 7 menit di kelilingi batu-batuan besar dan hampir tidak ada penerangan membuat waktu berjalan sangat lama :D. Kulihat jam, baru berjalan 3 menit masih kurang 4 menit lagi..hmmm tapi perasaan kok mulai gak enak, ya sudahlah kamera langsung ku off in, under-under deh hasilnya qiqiqiqi..kubergegas membereskan kamera , filter dan melipat tripod langsung cabut ke penginapan yang jaraknya lumayan jauh juga apalagi sendirian tanpa senter.

25 Februari 2012
Jam masih menunjukan pukul 04:00 dini hari, kami sudah bersiap-siap untuk mengejar sunrise di Tanjung
Sunrise di Tanjung Kelayang
 Kelayang ini.Spot pertama kuambil dari menara pengawas pantai. Pemandangan dari sini sangat luas dengan jembatan sebagai objek dan dipercantik dengan sunrise sebagai latar belakangnya. Setelah puas mengambil foto sunrise yang sebenarnya belum puas juga qiqiqiq, berhubung sunrisenya udah habis, aku menyempatkan berkeliling di pesisir pantai sendirian dan mencoba mencari spot untuk sunset nanti sore yang ternyata sunsetnya tidak kesampaian karena sorenya kita ke Tanjung Binga. Ketika keliling pesisir pantai dan meloncati bebatuan aku terkagum dengan kejernihan air laut disini. Kulihat seorang Nelayan mendayung sampannya di tengah laut yang tenang ini. Tak lama kemudian teleponku berbunyi yang sudah kupastikan dari Imen temanku untuk mengingatkanku segera balik karena kami akan melakukan perjalanan dengan boat menuju Pulau Lengkuas.

Setelah sarapan sebentar kami bersiap-siap menaiki perahu dari pantai di depan cottage kami. Selama perjalanan menuju Pulau Lengkuas, kami dilewatkan beberapa pulau-pulau yang terbentuk dari batuan granit. Aku sempat terheran-heran kok bisa ada batu granit yang besar-besar ditengah laut. Tidak lama berselang kami tiba di pulau Lengkuas, di Pulau lengkuas ini juga terdapat batu-batu granit yang besar-besar dan terdapat mercu suar. di Pulau ini aku belum sempat kemana-mana karena aku disibukkan dengan mencari spot di batu-batuan granit ini yang mana melaluinya cukup sulit juga. Belum dapat spot yang membuatku untuk mengeluarkan kamera aku mengalami sedikit kecelakaan, tripodku masuk ke dalam celah batu yang sempit dan masuk ke dalam air laut. Melihat dari atas banyak pikiran buruk, kemungkinan di celah-celah batu yang lembab dan basah banyak terdapat ular laut bisa juga bulu babi atau Moa...hrrrrrrr serem juga. Tapi mau gimana lagi cara satu-satunya untuk mengambil tripod adalah memasuki celah sempit diantara bebatuan itu dan menyelam menjorok ke dalam untuk mengambil tripodku. Dompet kuamankan, kaos kubuka lalu sebagai langkah keamanan kalo ada apa-apa temanku Desaf kupanggil dan kumintain tolong kalo ada apa-apa langsung cepat cari bantuan, karena hanya kami berdua di spot ini. 
Dengan diawasai Desaf aku mulai memasuki celah sempit dengan cara chimney (salah satu teknik dalam memanjat celah, istilah dalam panjat tebing), untung aku memiliki basic panjat tebing. Sampailah aku di dasar dengan ketinggian air setinggi dada. Terlihat bayangan tripodku di dalam air agak menjorok ke dalam, kutarik napas dan mulai menyelam, meskipun airnya jernih bila menyelam tanpa menggunakan masker hasilnya tetap tidak keliatan, dengan meraba-raba akhirnya kurasakan batang tripod di telapakku, buru-buru aku mengambil dan muncul ke permukaan lalu mulai memanjat bebatuan lagi. Dengan celana basah kulanjutkan lagi hunting foto bersama Desaf :D. Kurasa baru 2 titik aku ambil foto di bebatuan ini, telepon kembali berbunyi, kembali panggilan berkumpul untuk balik ke Tanjung Kelayang. Alamak belum juga nyamperin mercu suar dan mencari spot lainnya qiqiqiqiqi. Sebelum kembali pulang ke Tanjung Kelayang kami sempatkan foto bersama dulu di Pulau Lengkuas ini. Perjalan balik ini cenderung lebih hening karena temen-temen sudah kecapekan dan mungkin mulai terasa lapar. Rasa lapar ini terobati ketika kita makan seafood di sebuar warung makan dekat dengan cottage di Tanjung Kelayang.
Tanjung Binga
 Sunset kelompok kami terbagi dua, ada yang mengabadikan di Tanjung kelayang ini ada yang ke Tanjung Binga, aku memilih ke tanjung Binga karena ingin melihat lokasi tersebut. Tidak lama perjalanan ke Tanjung binga dengan menggunakan bus yang telah disediakan oleh pemerintah daerah setempat sekitar 30 menitan. Di tanjung binga ini mayoritas penduduk berasal dari Sulawesi yang didiami oleh masyarakat Bugis yang mata pencaharian utamanya adalah Nelayan. Disini banayak terdapat semacam Saung kalo di sawah, tapi ini menjorok ke pantai dengan ditopang batang-batang kayu. yang gunanya adalah untuk menjemur ikan dan mengambil ikan dari perahu untuk dibawa keatas dengan katrol yang digerakan oleh tenaga manusia. Teras untuk menjemur ikan terlihat sangat ringkih, sehingga aku menanyakan dan meminta ijin apakah boleh dilewati, setelah mendapat ijin kami mulai melewati teras tempat menjemur ikan, yang memang sangat ringkih, kita harus sedikit berhati-hati dalam melewatinya dan harus memilih pijakan di tulangan penopang teras ini. Sayangnya tidak ada ikan yang dijemur karena kata penduduk setempat, bulan Maret adalah awal panen ikannya dan diakhiri hingga bulan Desember. Rombongan kami melanjutkan mencari spot terbaik untuk mengabadikan sunset di Tanjung Binga ini. Oh ya di rombongan kami terdapat teman wanita yang ikut juga ke Tanjung Binga, namanya Julia. karena ikut dalam rombongan kami terpaksa dia ikut2an juga menloncati bebatuan untuk mencari spot ...qiqiqiqi maaf ya Julia, tapi asyik kan :).
Ketika menunggu sunset ada beberapa anak kampung sini yang menemani kami dan sempat kami jadikan objek untuk difoto juga. Cahaya matahari sunset mulai menunjukan, dan kita mulai mengambil foto diiringi terikan " hooii minggir dikit bocooorrr" ya maklumlah hunting rame-rame jadi ada sedikit kekisruhan dalam mengkomposisi foto karena foto teman kita yang masuk dalam frame foto kita.
Kembali ke tempat penginapan kami mendapat informasi bahwa bapak Bupati beserta staff dan juga dari dinas pariwisata  akan makan malam bersama dengan rombongan kami.   Makan malam di meriahkan dengan organ tunggal dan Bapak Bupati yang emang demen menyanyi langsung menyumbangkan suaranya hingga beberapa lagu, dapet bocoran juga bahwa bapak Bupati juga telah mengeluarkan album solonya dengan lagu-lagu yang bernuansa Melayu Belitong. Malam semakin larut bapak bupati dan rombongan telah kembali pulang, dan kami masih melanjutkan dengan acara sharing fotografi.

26 Februari 2012
Hari terakhir kunjungan ke Belitong ini kami isi dengan foto Sunrise di Tanjung Kelayang dengan mencari spot yang berbeda dan juga di isi berenang di pantai. Namanya fotografer meskipun berenang tetap aja berusaha untuk berfoto-foto dengan bermain split level dan akhirnya ditutup  dengan main strobistan :).
Perjalanan menuju bandara kami mampir ke pasar tradisional Pasar ini sama seperti pasar-pasar lainnya yang memebdakan adalah logat dan bahasa melayu mereka. Masyarakat disini menyambut ramah kedatangan kami, dengan menayakan kami dari mana dan ada juga yang menanyakan kesan-kesan kami selama di Belitong yang aku jawab "ini bukan yang terakhir dan aku pasti akan kesini lagi". Sekitar satu jam kami berada di pasar ini lalu melanjutkan  ke toko souvenir yang berisikan makanan ringan, dari ikan asin, keripik,kopi hingga kaos dan lain-lain.
Selesai sudah waktu kami di Belitong, kembali melakukan penerbangan selama 55 menit menuju Jakarta.

Terima kasih saya ucapkan kepada :
Bapak Bupati Belitong dan Jajarannya
Temen-temen dari IPFF (Indonesian Photograher for Friendship)
dan Om Raymond T Lesmana  yang yang penuh kesabaran membimbing kami selama perjalanan

























 

Comments

  1. Manstab mas bro....next time aja'ajak yoooo...

    ReplyDelete
  2. kapan2 kita susun plan kesono yaaaa.......MUpeng mas bro heheheheh

    ReplyDelete
  3. Subhanallah. . . . Indahnya, jadi Pengen Kesana, Nih baru aku liat di Trans7 Lagi Menjelajahi Pulau Laskar Pelangi

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts